Senin, 29 Juni 2009

Proposal

A.Latar Belakang Masalah
Masyarakat kita pada saat ini telah membangun sejumlah nilai yang berdasarkan atas revolusi industri. Bangun kehidupan bahkan tertata rapi oleh sejumlah ide yang berangkat dari paradigma industri. Sejumlah landasan filosofis yang dikembangkan untuk memperkuat pilar pemikiran industri dikembangkan oleh sejumlah ilmuan, dengan tujuan untuk menata masyarakat menuju kemakmuran. Sebagai contoh, pemasaran (marketing) yang merupakan studi tentang pemenuhan kebutuhan dan keinginan melalui proses social pertukaran barang (goods) dan jasa (services). Kemakmuran (wealth)diraih melalui penciptaan barang dan jasa yang akan memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) konsumen. Dengan menawarkan produk, maka roda perekonomian akan berputar. Kemakmuran dengan demikian identik dengan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa, daa kemampuan menawarkan produk kepada konsumen.
Sejarah pemasaran berangkat dari sejumlah konsep yang dapat dikaitkan dengan masa perkembangan pemikiran ekonomi sebelum dan pascadepresi ekonomi dunia 1939 (depresi yang dikenal dengan Malaise, dan melahirkan aliran pemikiran Keynesian). Sebelum masa depresi, dikenal konsep produksi (the production concept). Konsep tersebut menerangkan bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dalam jumlah banyak dan murah. Menyadari kegagalan konsep produksi, maka para pelaku bisnis mengembangkan konsep produk (the product concept), konsep ini menerangkan bahwa konsumen akan menyukai produk yang memiliki kualitas tinggi (the highest quality), kinerja terunggul (the most qualified performance), atau yang menawarkan fitur-fitur yang inovatif (innovative features). Konsep produk ini menghantarkan kegiatan bisnis masuk pada konsep “ rabun pemasaran (marketing miopya)”. Contoh dari konsep ini adalah penilaian dari para pelaku bisnis transportasi kereta api, bahwa para pesaing adalah para pelaku bisnis di bidang yang sama. Konsep lain yang dikembangkan untuk menghindari terjadinya kondisi rabun pemasaran adalah konsep penjualan (the selling concept). Konsep tersebut menjelaskan bahwa konsumen tidak akan membeli produk yang ditawarkan perusahaan, bila mereka tidak dirangsang melalui konsep stimulus-respon. Kekurangan konsep penjualan mendorong kemunculan filosofi bisnis baru, konsep pemasaran (the marketing concept).
Konsep pemasaran berangkat dari premis, kunci untuk mencapai tujuan organisasi secara lebih efektif dibandingkan competitor adalah menemukan kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan sejumlah nilai (values) pada pasar sasaran tertentu/konsumen terpilih yang berpotensi (chosen target market). Terdapat asumsi dasar yang melandasi konsep ini, asumsi tersebut menerangkan bahwa produk diciptakan dari penemuan sejumlah kebutuhan dan keinginan konsumen yang tersembunyi (latent needs and wants). Konsep ini memdorong pelaku bisnis menciptakan, menawarkan produk yang merupakan kristalisasi Kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu pasar tidak dikategorikan bernilai sama, berdimensi luas dan homogen, namun dikategorikan dengan wujud segmentasi dan pengelompokan pasar ( market segmentation and clustering). Setiap konsumen dipandang memiliki karagaman hal unik (diversity), sehingga setiap keragaman memerlukan pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula.
Para pengembang kajian bisnis dan perdagangan meminjam dan menggabungkan sejumlah kajian antopologi, pisikologi dan social. Sejumlah pendekatan filosofis atas keilmian mulai ditinggalkan, karena pencapaian tujuan secara lebih cepat, baik, efektif dan efisien, jauh lebih berarti dibanding memperdebatkan landasan filsafat keilmuan. Pada masa ketika terjadi paradigma penggabungan bidang kajian berbeda, muncullah konsep marketing communication ( komunikasi pemasaran). Dengan demikian, konsep ini merupakan bagian dari komunikasi dan pemasaran. Walau demikian, keduanya tidak berada pada area terpisah satu sama lain.
Pemasaran itu sendiri adalah sebuah konsep komunikasi, dan dan komunikasi dapat dikatakan sebagai induk pemasaran. Usaha untuk membalikan kedudukan pemasaran di atas komunikasi justru memberi kesan yang tidak tepat. Tidak ada sebuah perusahaan yang berhasil menawarkan produk tanpa menetapkan strategi komunikasi produk yang terbaik kepada konsumen. Kita dapat pula mengatakan bahwa, hakekat pemasaran adalah komunikasi. Tanpa adanya komunikasi yang efektif, maka kegiatan bisnis tidak berjalan dengan baik.
Komunikasi pemasaran merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi dan atau meningkatkan pasar sasaran perusahaan maupun produk agar bersedia menerima, membeli dan setia pada pada produk yang ditawarkan.
Pada kenyataannya tidak semua konsumen mengetahui bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan. Konsumen mungkin tidak akan aktif mencari informasi tersebut. Pada sisi lain, produsen menyadari situasi tersebut sehingga berusaha mengirim dan menyebarkan informasi tentang produk kepada konsumen.
Meskipun telah mengetahui informasi, belum tentu konsumen akan memilih atau membeli produk perusahaan. Produsen perlu membujuk dan mengingatkan selalu mereka agar bersedia membeli maupun memilih produk perusahaan. Untuk itu produsen perlu melakukan kegiatan komunikasi pemasaran, sehingga konsumen terpengaruh untuk melakukan pembelian.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul “ Analisis Pengaruh Komunikasi Pemasaran Terhadap Keputusan Membeli pada PT. X Yogyakarta “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang menerima komentar anda